![]() |
SMK Negeri 1 Binjai. (Doc/Istimewa) |
Nusantaratopnews.id, Binjai - Seorang siswa/pelajar berinisial AS yang menempuh pendidikan di SMKN 1 Binjai, Jalan Samanhudi, Kecamatan Binjai Kota, dikabarkan mengakhiri hidupnya setelah bunuh diri dengan cara minum racun baru baru ini, Jumat (18/07/2025).
Belum diketahui pasti penyebab siswa yang bertempat tinggal di Kecamatan Binjai Barat tersebut mengakhiri hidupnya dengan cara minum racun. Berbagai dugaan pun muncul dari masyarakat maupun rekan rekan korban. Mulai dari masalah keluarga atau masalah pribadi.
Namun baru baru ini beredar kabar bahwa aksi nekad yang dilakukan siswa tersebut diduga karena adanya permasalahan biaya uang sekolah yang dianggap korban terlalu mahal.
Guna memastikan kabar tersebut, awak media melakukan konfirmasi kepada Kepala Sekolah SMKN 1 Binjai, Safaruddin.
Saat ditemui di Sekolah tersebut, Kamis (17/7) siang, Safaruddin bersama beberapa orang Guru yang turut dihadirkan, menampik adanya kabar tersebut.
"Kabar meninggalnya korban karena permasalahan uang sekolah itu tidak benar. Sebab disini mempunyai program bagi siswa yang fakir miskin, yatim piatu atau orangtuanya janda karena ditinggal mati, boleh untuk tidak membayar SPP dan kami ikutsertakan untuk ujian," ujar Safaruddin.
Disoal berapa biaya SPP di SMKN 1 Binjai, Safaruddin pun mengatakan sebesar Rp. 75.000/bulan.
"Untuk biaya SPP di sekolah SMA sederajat nominalnya seingat saya dari 60.000 sampai 300. 000. Jadi kalau di sekolah ini dikenakan 75.000, saya rasa masih wajar," bebernya.
Informasi yang berhasil dihimpun awak media, kabarnya SPP di SMKN 1 Binjai bakal dihapuskan. Seorang pria yang tidak ingin disebutkan namanya, menyebutkan Kepsek sedang sibuk selama seminggu mengurus SPP untuk dihapuskan.
"Lagi sibuk ke Medan Bapak Bang. Mengurus SPP untuk dihapuskan," cetus pihak sekolah yang tidak ingin disebutkan namannya, beberapa hari yang lalu.
Sebagai Kepala Sekolah SMKN 1 Binjai, Safaruddin juga mengatakan jika korban yang mengambil jurusan Design Komunikasi Visual tersebut sebelumnya pernah tersandung kasus hukum walau akhirnya hanya dikenakan sanksi wajib lapor di Polres Binjai. Pun begitu, ia tidak menjelaskan kasus yang dimaksud.
"Sepertinya salah bergaul. Pada saat itu, saya sebagai kepala sekolah mengajukan surat rekomendasi agar korban dapat belajar dan bebas dari Polres Binjai," tegas Safaruddin.
Sementara itu, Wali Kelas korban, Siti Chadijah, mengatakan jika pihak Sekolah tidak pernah mempersulit untuk wajib lapor. Korban juga dinilai memiliki pribadi yang baik.
"Keluarga korban broken home. Orangtuanya pisah dan masing masing menikah lagi. Sementara setau kami korban selama ini diurus oleh bibinya. Mungkin karena salah pergaulan sehingga nekat bunuh diri," beber Siti Chadijah.
Senada juga diucapkan salah seorang Guru BK (Bimbingan dan Konseling) korban, Nopita Sari S.Pd.
"Secara pribadi saya melihat korban memiliki pribadi yang ceria dan masih polos. Bahkan sebelum meninggal dunia menurut kawannya bernama Dika, korban bekerja jualan kebab di daerah Lincun," katanya.
Menurut informasi yang kami terima, sambung Nopita Sari, beberapa hari sebelum meninggal dunia, kondisi korban yang merupakan anak Sulung tersebut sempat ngedrop.
"Kata kawan korban yang bernama Dika, hari Kamis korban minum racun. Itupun Dika taunya pada hari Minggu dari pengakuan korban. Akhirnya dilarikan ke Rumah Sakit Djoelham selama 4 hari dan di pindahkan ke Rumah Sakit Bidadari selama kurang lebih 4 hari juga hingga akhirnya dibawa pulang," urainya.
Ibu korban menurut Nopita juga pernah mengatakan kalau anaknya tersebut pernah ikut kesenian tradisional "Kuda Lumping". Anehnya, Ibunya kerap mengatakan kalau pada malam Jumat di kamar korban sering berbau kemenyan.
"Korban pernah menjalani hukuman di Tanjung Pura," ujar Nopita singkat.
Diketahui, korban meninggal dunia pada Selasa (1/7). Jasadnya disemayamkan di kediaman neneknya di Kecamatan Binjai Barat dan dimakamkan tidak jauh dari rumah neneknya tersebut. (Mer)